Day 9 #30harimenulis

Saat saya pertama kali menatap wajah anak saya, tidak mampu rasanya menahan air mata haru. Matanya yang masih belum terbuka, jari-jemarinya yang mungil, mulutnya yang baru saja menangis dengan kerasnya: rasa bangga bercampur was-was memenuhi dada ini. Saya bangga karena Tuhan telah memberikan saya kepercayaan yang sangat besar: untuk membimbing anak ini sampai dewasa dan memenuhi potensinya yang luar biasa. Saya was-was karena khawatir gagal dalam memenuhi amanah akbar ini.

Yang tidak saya sadari adalah bahwa ada banyak perusahaan yang menangis haru sama seperti saya. Para produsen rokok: rasa haru mereka juga dipicu oleh sebab-sebab yang sama. Mata anak saya membuat mereka tersedak gembira mengingat banyaknya mata yang belum dipengaruhi oleh branding berbudget ratusan milyar mereka. Jari-jemari dan mulut anak saya yang baru bisa menggenggam dan mengulum juga membuat produsen rokok tersedak dan meneteskan air mata. “Lihat!” kata mereka. “Dari kecil pun genggamannya sudah pas untuk sebatang rokok. Kekuatan mulutnya menghisap ASI? Wah, bayangkan betapa banyak rokok kita yang akan singgah di situ nantinya.”

Para produsen rokok juga girang hingga haru ketika menyadari anakku peremuan: kebetulan inilah target demografis mereka saat ini.

Di seluruh dunia, tinggal dua negara yang pemerintahnya masih mengambil sikap lunak terhadap para penjaja racun: Zimbabwe dan Indonesia. Mengingat betapa besarnya potensi market Indonesia, dan mengingat alternative yang sama mudahnya hanya Zimbabwe, tentu para penjaja rokok juga bangga telah mendapatkan kepercayaan dari perusahaan induk untuk menjajal potensi besar negara ini.

*

Kalau bisnis anda bergantung pada kemampuan anda untuk membunuh pelanggan terbaik anda, anda harus menjadi ahli dalam pemasaran. Anda harus terus mendapatkan konsumen baru semuda mungkin, secepat mungkin, sebanyak mungkin. Maka itu saya mengernyit ketika mendengar juru bicara satu perusahaan rokok mengatakan “Rokok itu berbahaya. Kita harus memastikan anak-anak tidak menyentuhnya.” Ketika ditanya bagaimana dengan orang dewasa, dia melanjutkan, “kalau orang dewasa semestinya sudah dapat mengambil keputusannya sendiri.”

Unik. Dia seperti mengatakan kalau iklan dan segala usaha public relations yang dia lakukan itu tidak ada pengaruhnya terhadap keputusan calon korban/pembeli.

Jadi, selama ini anda menjadi salah satu media buyer terbesar di Indonesia hanya untuk iseng saja?

*

Dari jaman baheula, cara industri rokok beriklan sudah sering disorot. Sayangnya di Indonesia gerakan anti-rokok belum dapat menyerap jagoan-jagoan dari industri kreatif. Mungkin mereka takut di-blacklist oleh industri rokok dan kehilangan potensi sumber pendapatan? Iklan anti-rokok di Indonesia selama ini terasa hambar dan belum mengigit.

Kenapa belum ada iklan anti-rokok seperti ini di Indonesia?

Gerakan anti-rokok yang lemah, peraturan pemerintah yang seadanya, warning label yang memble (warning label kita lengkap tapi bertele-tele; bandingkan dengan warning label luar negeri: smoking kills), iklan rokok yang ada di mana-mana, semuanya menciptakan lingkungan yang mendukung untuk penjual rokok untuk berpesta pora di Indonesia.

Belum lagi pendekatan cuci otak yang lebih halus. Coba saja lihat tenants Sampoerna Strategic Square. Dental Clinic (gak apa-apa merokok, kalau rusak mulutnya, kan ada dokter giginya…), Boehringer-Ingelheim Pharmaceuticals (… obatnya juga pasti nanti ada kok …), Medsite (… malah kalau sakit karena merokok bisa berobat di sini …), Manulife (… dan kalau anda akhirnya mati meninggal karena rokok, yang penting kan sudah ada asuransi jiwa, jadi keluarga gak repot).

Parahnya, pre-school pun ada di situ. Frequency and intensity: dua faktor yang menentukan dalam efektifitas suatu usaha. Bayangkan apa yang terjadi ketika anak anda berkunjung ke Gymboree di Sampoerna Strategic Square tiga kali seminggu. Dari kecil dia sudah dibiasakan dengan nama Sampoerna dan dalam konteks yang menyenangkan pula. Frequency and intensity. Inilah pre-conditioning dimulai dari usia sedini mungkin. Satu-satunya cara untuk mulai lebih awal lagi adalah untuk mulai memberikan les pre-natal care untuk ibu-ibu hamil. Mungkin disuplementasi dengan rekaman yang dapat meningkatkan IQ bayi: Beethoven yang di sela-sela simphoninya terdengar “brought to you by Sampoerna.”

*

Mungkin sebagian dari tulisan membuat saya tampak meracau. Sayangnya, inilah yang sedang terjadi saat ini. Tanggal 27-29 Oktober 2010, konferensi besar para jagoan tembakau berjalan di Jakarta, dan kita tidak melakukan apapun tentangnya. Bahkan, terdengar bahwa perwakilan dari Kementrian Pendidikan Nasional pun hadir, entah untuk apa. Saya pun tak habis pikir, “Cara yang aneh untuk merayakan Hari Sumpah Pemuda.”